Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

Gelombang Energi Lisan dan Amuk Massa

Gelombang Energi Lisan dan Amuk Massa Oleh : Sutoyo ______________ Pepatah lama “mulutmu harimaumu” kembali menemukan relevansinya di tengah hiruk-pikuk demonstrasi besar-besaran yang mengguncang berbagai kota di Indonesia pada akhir Agustus 2025 ini. Lisan yang seharusnya menjadi medium komunikasi ternyata bisa berubah menjadi generator energi sosial yang membakar. Ucapan yang lepas tanpa kendali  bermetamorfosa menjadi getaran energi yang kemudian merambat ke massa. Gelombangnya meluas berubah jadi amuk yang sulit dikendalikan. Dalam perspektif energi setiap ucapan merupakan getaran. Kata-kata yang penuh dengan kebaikan akan memancarkan energi positif dan pada akhirnya akan menenangkan, menyatukan dan menguatkan. Sebaliknya kata-kata yang sarat dengan provokatif ibarat arus listrik yang korslet sehingga menyulut percikan dan berujung pada kebakaran sosial. Ketika ribuan orang berkumpul dalam suatu ruang publik maka energi lisan punya daya resonansi yang berlipat ganda. Seoran...

Dari Karnaval Stop Boros Pangan ke Gerakan Pangan Murah Serentak

Gambar
Dari Karnaval "Stop Boros Pangan" ke "Gerakan Pangan Murah Serentak" Oleh : Sutoyo ______________ Bruno, Sabtu 30 2025_  Setiap bulan Agustus dari kota sampai pelosok-pelosok desa di seluruh Indonesia semarak berubah wajah dengan dominasi merah putih. Jalanan penuh dengan arak-arakan, anak-anak memakai kostum warna-warni, ibu-ibu PKK membawa kreasi pangan lokal, dan bapak-bapak sibuk mengawal sound system biar tak kalah dengan rombongan sebelah. Begitulah karnaval, pesta rakyat yang selalu dinanti. Namun ada yang berbeda tahun ini. Ditengah semarak perayaan HUT RI ke-80, kontingan DKPP mengusung tema karnaval diangkat lebih serius: “Stop Boros Pangan”.  Sebuah tema yang mungkin terdengar sederhana, tetapi sebenarnya menyimpan pesan mendalam bahwa jangan sampai kita sibuk merdeka di jalan, tetapi lupa merdeka di dapur. Biasanya karnaval itu identik dengan hiburan semata. Tapi kali ini ada rombongan yang menampilkan teatrikal tentang nasi yang terbuang, ada poste...

"Abuwaras dan Hujan Salah Mangsa: Ketika Kemarau Dipaksa Menyedu Kopi Panas"

Gambar
"Abuwaras dan Hujan Salah Mangsa: Ketika Kemarau Dipaksa Menyedu Kopi Panas" _____________ Lima hari terakhir ini berturut-turut turun hujan nyaris tidak ada jeda pas musim kemarau. Jalanan becek, daun tembakau basah kuyup, dan sawah yang harusnya retak-retak malah kembali penuh genangan. “Iki dudu musim, iki kaya wong kelangan arah,” celetuk Abuwaras sambil menyalakan rokok klobotnya. Dalam kalender petani Jawa mangsa itu pegangan hidup. Ada mangsa ketiga yang tandanya kemarau panjang, ada mangsa kapat yang waktunya mulai hujan turun. Tetapi kali ini agak lain, semua campur aduk, kemarau masih berjalan, tapi hujan turun bertubi-tubi. Kata orang tua, ini disebut “udane rujak”—hujan yang datang diluar jadwal bikin bingung siapa pun yang menggantungkan hidup pada alam. Abuwaras malah tertawa kecil: “Petani tembakau saiki bingung, daun sing kudu diangin-angin malah kecemplung banyu.” “Sing nandur jagung girang, tapi sing nandur lombok njewer kuping dhewe.” “Air sumur syuku...

Jangan Salah! Kluwih Bukan Cuma Sayur Kampung, Tapi Komoditas Masa Depan

Gambar
  Jangan Salah! Kluwih Bukan Cuma Sayur Kampung, Tapi Komoditas Masa Depan Oleh : Sutoyo ______________ Banyak orang hanya mengenal kluwih sebagai sayur lodeh di meja makan kampung. Padahal buah yang mirip dengan nangka ini punya produktivitas hingga puluhan ton per hektare dan harga yang semakin menggoda. Dari olahan tradisional hingga inovasi modern seperti tepung dan abon buah kluwih pelan-pelan naik kelas menjadi komoditas yang cukup menjanjikan. Kluwih ( Artocarpus altilis ) sering dikira nangka atau sukun. Padahal tanaman ini memiliki identitas sendiri dengan buah yang berbiji, daging empuk, dan rasa gurih ketika dimasak. Pohonnya dapat tumbuh hingga setinggi 15–20 meter dengan tajuk yang rindang ( Narareba, 2025a ). Selama ini kluwih lebih dikenal di desa-desa di Pulau Jawa sebagai bahan sayur lodeh atau tumisan sederhana. Namun dibalik kesederhanaannya, ada potensi ekonomi yang besar apabila dikelola dengan serius. Dalam satu hektare kluwih bisa ditanam sekitar 100–156...

Pisang Sebrot, Lubuk, atau Ambon Belitung? Satu Buah, Banyak Nama, Banyak Makna

Gambar
Pisang Sebrot, Lubuk, atau Ambon Belitung? Satu Buah, Banyak Nama, Banyak Makna Oleh : Sutoyo ______________ Bruno, Purworejo, Jum'at 29 Agustus 2025_ Tidak semua buah punya kisah seunik buah pisang. Disatu desa ia dipanggil “Sebrot”, di desa lain disebut “Lubuk”, sementara di Wonosobo dikenal sebagai pisang “Ambon Belitung”. Nama boleh berbeda-beda tetapi rasa dan pesonanya tetaplah menggoda : manis, harum, lembut, dan tanpa biji. Pisang yang ini ternyata bukan sekadar buah pisang pada umunya tetapi bagian dari kearifan lokal yang menyeberangi batas wilayah dan tradisi. Di Kecamatan Kemiri pisang Sebrot konon sering menjadi suguhan utama dalam suatu hajatan istimewa. Di Bruno, pisang Lubuk punya tempat tersendiri di hati masyarakat, sementara di Wonosobo, sebutan Ambon Belitung kerap hadir dalam pasar tradisional. Uniknya dibeberapa daerah pisang ini tidak hanya sekadar pangan sehari-hari, tapi juga menjadi simbol penting dalam acata ritual. Misalnya ketika momen Mauludan tiba ...

Klinik PHT Karanggedang Diresmikan, Siap Menjadi Wahana Belajar Pertanian Berkelanjutan

Gambar
Klinik PHT Karanggedang Diresmikan, Siap Menjadi Wahana Belajar Pertanian Berkelanjutan Oleh : Sutoyo ______________ Bruno, Kamis 28 Agustus 2025 – Program Klinik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Desa Karanggedang, Kecamatan Bruno, terus menunjukkan kemajuan. Dengan dukungan dana dari Dana Desa sebesar Rp15 juta pembangunan gedung pertemuan untuk klinik tersebut kini telah mencapai 100 persen sesuai dengan rencana. Selain pembangunan fisik kegiatan Klinik PHT juga aktif melalui pertemuan rutin setiap minggu ke-2 dan ke-4. Klinik ini diketuai oleh Sugito dengan dukungan iuran swadaya rutin dari anggotanya. Para pengelola juga telah melakukan kunjungan ke Laboratorium PHT di Kedu, Kabupaten Temanggung. Meskipun masih terkendala keterbatasan peralatan terutama belum memiliki mikroskop semangat pengelola tetap menggelora. Kepala Desa Karanggedang menyampaikan apresiasi yang tinggi atas inisiatif kelompok tani dan dukungan dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). “Awalnya saya belum ...

BPP Bruno Siap Dukung Usaha Pertanian dari Hulu hingga Hilir

Gambar
  BPP Bruno Siap Dukung Usaha Pertanian dari Hulu hingga Hilir _____________ Purworejo – Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bruno menegaskan komitmennya untuk mendukung pengembangan usaha pertanian dalam arti yang luas, mulai dari hulu (on farm) hingga hilir (off farm) . Hal ini disampaikan dalam momentum Rapat Koordinasi dan Pembekalan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih  se Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo yang digelar pada Rabu (27/8/2025). Sutoyo mewakili koordinator BPP Bruno menuturkan bahwa pertanian modern tidak hanya berhenti pada aktivitas produksi di lahan saja, melainkan harus terkoneksi dengan pengolahan hasil, pemasaran, hingga manajemen usaha tani. "Kami jajaran BPP Bruno siap mendampingi petani, kelompok tani, dan koperasi desa dalam setiap tahapan, mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pengendalian OPT, pascapanen, hingga pengembangan produk olahan dan akses pasar," jelasnya. Menurutnya peran koperasi sangat penting dalam memperkuat posisi ...

Dana Desa, BUMDes, dan Koperasi Merah Putih: Sinergi Baru untuk Ketahanan Pangan Desa

Gambar
Dana Desa, BUMDes, dan Koperasi Merah Putih: Sinergi Baru untuk Ketahanan Pangan Desa Oleh : Sutoyo ________________________ Program Ketahanan pangan adalah salah satu fokus utama pembangunan desa di Indonesia. Melalui Dana Desa (DD) pemerintah telah menegaskan bahwa minimal 20% dari anggaran harus dialokasikan untuk mendukung Program ketahanan pangan. Namun demikian agar dana tersebut tidak sekadar habis untuk program jangka pendek diperlukan lembaga pengelola yang mampu mengubahnya menjadi kekuatan ekonomi berkelanjutan. Disinilah Lembaga BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) dan Koperasi Merah Putih (KMP) hadir sebagai dua instrumen strategis yang dapat berjalan beriringan. Artikel ini mencoba membahas hubungan yang erat antara Dana Desa, BUMDes, dan Koperasi Merah Putih sekaligus menggambarkan bagaimana ketiganya dapat membentuk ekosistem ekonomi desa yang lebih kokoh. Dana Desa: Bensin Utama Pembangunan Desa Dana Desa adalah modal dasar pembangunan desa yang bersumber dari APBN...

Abuwaras dan Karnaval Agustusan: Pesta Sehari, Realita Setahun

Gambar
  Abuwaras dan Karnaval Agustusan: Pesta Sehari, Realita Setahun Setiap memasuki bulan Agustus jalan-jalan kampung berubah menjadi panggung. Anak-anak berparade dengan kostum dari kardus mi instan, ember bekas dicat jadi helm perang, dan motor tua diwarna-warni lalu dideklarasikan sebagai tank tempur. Kamera ponsel tak henti-hentinya merekam, sorak sorai pun menggema, semua merasa menjadi pahlawan sehari. Inilah karnaval Agustusan: sebuah pesta rakyat yang meriah, semarak, dan penuh tawa. Abuwaras si filsuf kampung yang selalu punya cara unik melihat dunia duduk di pinggir jalan sambil ngopi. Ia tersenyum melihat semangat warga tapi kemudian melontarkan komentar satirnya yang bikin orang terdiam lalu tertawa getir. “Karnaval itu ibarat pesta perhelatan sebelum puasa. Habis pesta ya kembali lagi lapar. Habis karnaval ya kembali lapar pupuk, lapar sembako murah, lapar janji pemimpin.” Spontan Warga yang mendengarnya jadi terdiam, lalu ngakak bareng. Ada yang nyeletuk, “Wah be...

Semar Mbangun Kayangan: Suara Rakyat dari Panggung Wayang di HUT RI ke-80

Gambar
  Semar Mbangun Kayangan: Suara Rakyat dari Panggung Wayang di HUT RI ke-80 Oleh : Sutoyo ______________ Bruno, Purworejo, Sabtu 23 Agustus 2025  — Malam penutupan peringatan HUT RI ke-80 di Kecamatan Bruno berlangsung berbeda. Jika dibanyak tempat pesta rakyat diakhiri dengan dangdut atau kembang api, warga Bruno memilih jalan lain yakni sebuah pegelaran wayang kulit dengan lakon Semar Mbangun Kayangan . Lebih istimewa lagi dalang yang memimpin adalah seorang perempuan: Nyi Dwi Puspitaningrum, S.Pd., M.Pd . Kehadirannya bukan hanya menegaskan bahwa seni pedalangan tak melulu milik kaum pria tetapi juga menghadirkan perspektif baru dengan nuansa kelembutan, kecerdasan, sekaligus kritik sosial yang membumi. Semar Mbangun Kayangan bukanlah lakon pakem melainkan carangan ciptaan dalang dari tanah Jawa. Cerita ini mengisahkan Semar seorang tokoh punakawan yang biasanya hanya pengasuh Pandawa yang tiba-tiba mampu membangun kayangan. Aneh tapi nyata kayangan buatan Semar terny...

Tumpeng Non-Beras: Kreativitas, Filosofi, dan Pesan Ketahanan Pangan dari Desa Plipiran

Gambar
Tumpeng Non-Beras: Kreativitas, Filosofi, dan Pesan Ketahanan Pangan dari Desa Plipiran Oleh : Sutoyo  (PPL desa Plipiran, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa-Tengah) _______________________ Plipiran, Bruno – Ada pemandangan unik di Balai Desa Plipiran pada Jumat, 22 Agustus 2025. Dalam rangka memperingati HUT RI ke-80, TP PKK Desa Plipiran menyelenggarakan lomba tumpeng non-beras. Sebanyak 14 peserta masing-masing mewakili RT di Desa Plipiran ikut ambil bagian dengan membawa kreasi terbaik mereka. Dari seluruh peserta tumpeng nomor 11 berhasil menyabet juara pertama dengan kreasi yang bukan hanya indah secara visual, tetapi juga sarat makna filosofis dan pesan kuat tentang kemandirian pangan. Dalam tradisi Jawa tumpeng selalu identik dengan gunungan berbentuk kerucut. Filosofinya adalah penggambaran hubungan manusia dengan Sang Pencipta: semakin tinggi puncak tumpeng semakin mengerucut pada satu titik yakni Tuhan Yang Maha Esa. Hidangan yang mengelilinginya melamban...

Membangun Ekosistem Usaha BUMDes: Dari SDM, SDA, hingga Kelembagaan Desa

  Membangun Ekosistem Usaha BUMDes: Dari SDM, SDA, hingga Kelembagaan Desa Oleh : Sutoyo _____________________ BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) telah menjadi salah satu instrumen penting dalam pembangunan desa pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Hampir semua desa kini memiliki BUMDes, tetapi faktanya tidak semua dapat berjalan efektif. Bahkan keberadaanya  hanya sekadar berdiri di atas kertas, ada yang bertahan sebentar lalu mati suri, namun ada juga yang berkembang pesat hingga menjadi contoh nasional. Perbedaan ini terletak pada cara pandang bagaimana bumdes sejak awal didisain dengan konsep yang tepat. Banyak yang masih memposisikan BUMDes sebagai “unit usaha tunggal”, padahal BUMDes yang ideal adalah sebuah ekosistem ekonomi desa . Ekosistem inilah yang menghubungkan SDM (Sumber Daya Manusia), SDA (Sumber Daya Alam), dan kelembagaan desa sehingga saling menguatkan dan berkelanjutan. BUMDes bukan sekadar berdagang sembako, membuka jasa simpan p...

Terinspirasi Poktan Rukun Tani, Kajoran Kulon Bentuk KWT untuk Perkuat GAP Tembakau

Gambar
  Terinspirasi Poktan Rukun Tani, Kajoran Kulon Bentuk KWT untuk Perkuat GAP Tembakau Oleh : Sutoyo _______________ Bruno, Kamis 21 Agustus 2025 – Kisah kebangkitan Poktan Rukun Tani di Dukuh Kajoran Kulon benar-benar menjadi magnet semangat baru bagi warga. Setelah sempat mati suri selama beberapa tahun, kelompok tani ini bangkit kembali lewat reorganisasi pada akhir 2024. Memasuki tahun 2025, mereka langsung “ngegas” dengan menanam tembakau untuk pertama kalinya dalam program GAP Tembakau dan kini tengah bersiap menyongsong panen raya. Kebangkitan ini tidak hanya menghidupkan semangat bapak-bapak petani, tetapi juga menggerakkan kaum perempuan. Terbukti pada hari Kamis (21/08/2025) digelar rapat pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT)  dukuh Kajoran Kulon, Desa Gowong sebagai wadah resmi bagi ibu-ibu untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan pertanian desa. Perjalanan semusim Poktan Rukun Tani sungguh mencuri perhatian berbagai pihak. Sejak awal musim tanam MT2 aktivitas an...

Bimtek KWT Sekartani: Lintas Sektoral Satukan Visi Ketahanan Pangan

Gambar
Bimtek KWT Sekartani: Lintas Sektoral Satukan Visi Ketahanan Pangan Oleh : Sutoyo __________________ Bruno, Purworejo, 20 Agustus 2025 – Bukan sekedar pelatihan pengembangan tanaman sayuran dalam polybag, Bimbingan Teknis (Bimtek) yang digelar Kelompok Wanita Tani (KWT) Sekartani Desa Gowong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, menjadi momentum penting dalam rangka membangun pemahaman lintas sektoral. Hadirnya Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah, TP PKK Provinsi Jawa Tengah, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Purworejo, serta Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) setempat menunjukkan bahwa pembangunan ketahanan pangan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Ia membutuhkan kerja bersama yang rapi, saling melengkapi, dan berkelanjutan. Pada kesempatan ini, Distanbunprov Jawa Tengah memberikan bantuan berupa bibit sayuran, pupuk, dan polybag. Bantuan tersebut bukan sekadar bentuk perhatian, tetapi menjadi stimulasi dan bekal nyata agar anggota KWT...

Miwil Tembakau Jadi Praktis: Inovasi Selang Infus ala Petani Gowong

Gambar
Miwil Tembakau Jadi Praktis: Inovasi Selang Infus ala Petani Gowong Oleh : Sutoyo ________________ Desa Gowong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, kreativitas petani seolah tak pernah berhenti mengalir. Ditengah rutinitas merawat tembakau, muncul sebuah terobosan sederhana namun cerdas: alat miwil tetes menggunakan selang infus . Alat ini mungkin terdengar sepele hanya memadukan botol Aqua bekas dengan selang infus, tetapi hasilnya luar biasa. Pekerjaan miwil tembakau yang biasanya membutuhkan waktu, tenaga, dan kesabaran kini bisa dilakukan jauh lebih cepat, hemat, dan praktis. Apa itu Miwil Tembakau? Bagi petani tembakau kegiatan miwil adalah pekerjaan wajib. Miwil berarti membersihkan atau mencabut tunas-tunas samping (suckers) yang tumbuh di ketiak daun. Kalau tunas ini dibiarkan, maka energi tanaman akan terbagi, dan kualitas daun utama—yang seharusnya dipelihara untuk panen—akan menurun. Secara tradisional miwil dilakukan dengan cara manual: tunas dipatahkan dengan tangan...

Kapitalisasi Pertanian Sedang Berjalan: Lahan Dikuasai, Petani Tergusur

Kapitalisasi Pertanian Sedang Berjalan: Lahan Dikuasai, Petani Tergusur Oleh : Sutoyo _____________ Beberapa tahun terakhir dunia dikejutkan dengan berita bahwa para miliarder teknologi—Bill Gates, Mark Zuckerberg, Jeff Bezos, Elon Musk—diam-diam memborong lahan pertanian dalam skala besar. Di Amerika Serikat, Bill Gates kini tercatat sebagai pemilik lahan pertanian terbesar dengan total lebih dari 100.000 hektare (Forbes, 2021). Fenomena ini bukan sekadar tren investasi biasa. Banyak pengamat agraria menyebutnya sebagai awal dari kapitalisasi pertanian global—dimana sawah tidak lagi menjadi tempat bercocok tanam untuk pangan rakyat, tetapi menjadi aset investasi berbiaya tinggi dengan kendali penuh ditangan pemodal besar. 🌱 Modernisasi Pertanian: Solusi atau Kedok Kapitalisasi? Di Indonesia narasi modernisasi pertanian sudah lama digaungkan, mulai dari Revolusi Hijau diera Orde Baru hingga program Food Estate dan pertanian 4.0. Sayangnya, “modernisasi” ini sering kali datang dengan ...

Menghayati Upacara, Menghargai Pengorbanan

Gambar
  Menghayati Upacara, Menghargai Pengorbanan Oleh : Sutoyo _____________ Upacara sering dianggap sekadar rutinitas yang membosankan. Kita berdiri berbaris, mendengar amanat, lalu bubar. Tak jarang ada yang mengobrol, cengengesan, bahkan memainkan sesuatu di tangannya. Padahal ketika kita bersikap demikian, kita lupa: bahwa upacara adalah wujud penghargaan terhadap pengorbanan orang-orang sebelum kita. Esensi yang Sering Terlupakan Upacara bukanlah drama seremonial yang dipentaskan tiap Senin pagi terlebih lagi hari-hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus. Ia adalah ruang hening bersama saatnya kita berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia untuk menghormati sesuatu yang lebih besar daripada diri kita. Hormat kepada bendera, yang dikibarkan dengan darah dan air mata para pejuang. Hormat kepada lagu kebangsaan, yang setiap baitnya adalah janji setia pada tanah air. Hormat kepada nilai disiplin, kebersamaan, dan tanggung jawab, yang kita latih...

Ngrumus di Warung Kopi: Judi, Guyon, atau Budaya Nongkrong?

Ngrumus di Warung Kopi: Judi, Guyon, atau Budaya Nongkrong? Warung Kopi, Potret Panggung Kehidupan Rakyat Kecil #80 Tahun Merdeka Oleh : Sutoyo _______________ Warung kopi di desa atau disudut-sudut perkotaan itu bukan sekadar tempat jualan kopi tubruk, keberadannya ibarat balai rakyat mini. Semua orang bisa masuk tanpa protokol: petani yang lagi ngaso, tukang ojek, tukang becak yang lagi nunggu penumpang, buruh bangunan yang habis narik pasir, sampai bapak-bapak pensiunan yang membutuhkan kawan untuk  ngobrol. Disana informasi menyebar lebih cepat daripada surat edaran lurah. Harga pupuk, gosip pernikahan, kabar ada maling ayam, sampai isu politik nasional—semuanya bisa mampir ke meja warung kopi. Nah ditengah ramainya topik itu, ada satu aktivitas khas yang sudah melegenda: ngrumus angka togel. Apa itu ngrumus?  Banyak orang salah paham. Mereka kira “ngrumus” adalah nama judinya. Padahal, ngrumus hanyalah cara orang mencari rumus angka. Jenis judinya tetap sama: toto ge...

Tak Sekadar Seremonial, Malam Tasyakuran HUT RI ke-80 di Bruno Sarat Simbol K

Gambar
  Tak Sekadar Seremonial, Malam Tasyakuran HUT RI ke-80 di Bruno Sarat Simbol Kedaulatan Rakyat Oleh : Sutoyo _______________ Bruno, Sabtu 16 Agustus 2025 – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 di Kecamatan Bruno berlangsung khidmat dan penuh makna. Dengan tema nasional “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”, masyarakat Bruno menggelar malam tasyakuran di Aula kecamatan. Acara dibuka dengan doa tahlil bersama untuk para pahlawan bangsa, sebagai wujud penghormatan atas jasa mereka yang telah merebut kemerdekaan. Suasana hening makin terasa ketika salah satu tokoh masyarakat membacakan kembali teks Proklamasi 17 Agustus 1945, mengingatkan seluruh hadirin pada detik-detik bersejarah bangsa Indonesia. Momen menarik terjadi saat pemotongan tumpeng oleh Camat Bruno. Potongan pertama tidak diserahkan kepada pejabat, melainkan kepada Ketua Panitia, sebagai simbol penghargaan kepada masyarakat yang menjadi garda terdepan penyelenggara acara....