Menghayati Upacara, Menghargai Pengorbanan


 



Menghayati Upacara, Menghargai Pengorbanan

Oleh : Sutoyo
_____________

Upacara sering dianggap sekadar rutinitas yang membosankan. Kita berdiri berbaris, mendengar amanat, lalu bubar. Tak jarang ada yang mengobrol, cengengesan, bahkan memainkan sesuatu di tangannya. Padahal ketika kita bersikap demikian, kita lupa: bahwa upacara adalah wujud penghargaan terhadap pengorbanan orang-orang sebelum kita.

Esensi yang Sering Terlupakan

Upacara bukanlah drama seremonial yang dipentaskan tiap Senin pagi terlebih lagi hari-hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus. Ia adalah ruang hening bersama saatnya kita berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia untuk menghormati sesuatu yang lebih besar daripada diri kita.

  • Hormat kepada bendera, yang dikibarkan dengan darah dan air mata para pejuang.

  • Hormat kepada lagu kebangsaan, yang setiap baitnya adalah janji setia pada tanah air.

  • Hormat kepada nilai disiplin, kebersamaan, dan tanggung jawab, yang kita latih di lapangan.

Ketika aba-aba terdengar, kita sebenarnya sedang diuji: mampukah kita menundukkan ego demi kebersamaan?

Tujuan yang Perlu Disadari

Upacara jangan jadikan beban, melainkan bekal.

  1. Menumbuhkan disiplin – belajar hadir tepat waktu, mengikuti aturan, dan menata diri.

  2. Membentuk karakter – belajar menghormati simbol dan menghargai sesama.

  3. Menanamkan nilai – kesetiaan, nasionalisme, dan rasa tanggung jawab.

  4. Menciptakan kebersamaan – seluruh peserta berdiri di barisan yang sama, sejajar, tanpa membedakan status.

Inilah latihan hidup yang sederhana namun sarat makna.

Cara Menghayati Upacara

Agar upacara tidak lagi terasa hampa, sesungguhnya kita dapat menghayatinya dengan cara sederhana:

  • Saat bendera dikibarkan, bayangkan wajah-wajah pejuang yang gugur agar kita bisa merdeka.

  • Saat lagu kebangsaan berkumandang, resapi liriknya: tanyakan kepada diri sendiri, “Apa yang sudah kulakukan untuk negeri ini?”

  • Saat berdiri tegak, sadari bahwa itu bukan sekadar aturan, melainkan sikap hormat.

  • Saat hening tercipta, gunakan untuk berdoa dalam hati agar bangsa ini tetap teguh.

Mengapa Tak Layak Cengengesan?

Cengengesan di barisan bukan hanya soal tidak sopan, tapi juga soal hilangnya rasa hormat. Itu tanda bahwa kita gagal memahami makna dibalik simbol. Padahal dulu para pejuang tidak pernah cengengesan ketika berhadapan dengan peluru dan penjara.

Mereka serius mempertaruhkan nyawa agar kita bisa berdiri dengan bebas hari ini. Maka apakah kita tega menjadikan upacara—penghormatan atas pengorbanan mereka—hanya sebagai panggung main-main?

Upacara bukanlah kewajiban kosong, melainkan latihan batin. Disanalah kita belajar disiplin, hormat, kebersamaan, dan cinta tanah air. Saat kita menghayati upacara sesungguhnya kita sedang menghargai pengorbanan besar.

Oleh karena itu lain kali ketika bendera berkibar mari berdiri tegak dengan hati yang khidmat. Jangan biarkan senyum yang tak pada tempatnya merusak makna. Ingatlah: upacara adalah cermin sikap kita terhadap bangsa dan diri sendiri.

______________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magnet Kerinduan di Watuduwur: Sebuah Pertemuan Tak Terduga dengan Pak Dhani Harun

Ibu Ketua TP PKK Jateng borong produk KWT se Kecamatan Bruno

Keresahan yang Mencair di Aula B dan C: Petani Tembakau Akhirnya Bisa Tersenyum