Klinik PHT Karanggedang Diresmikan, Siap Menjadi Wahana Belajar Pertanian Berkelanjutan
Klinik PHT Karanggedang Diresmikan, Siap Menjadi Wahana Belajar Pertanian Berkelanjutan
Oleh : Sutoyo
______________
Bruno, Kamis 28 Agustus 2025 – Program Klinik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Desa Karanggedang, Kecamatan Bruno, terus menunjukkan kemajuan. Dengan dukungan dana dari Dana Desa sebesar Rp15 juta pembangunan gedung pertemuan untuk klinik tersebut kini telah mencapai 100 persen sesuai dengan rencana.
Selain pembangunan fisik kegiatan Klinik PHT juga aktif melalui pertemuan rutin setiap minggu ke-2 dan ke-4. Klinik ini diketuai oleh Sugito dengan dukungan iuran swadaya rutin dari anggotanya. Para pengelola juga telah melakukan kunjungan ke Laboratorium PHT di Kedu, Kabupaten Temanggung. Meskipun masih terkendala keterbatasan peralatan terutama belum memiliki mikroskop semangat pengelola tetap menggelora.
Kepala Desa Karanggedang menyampaikan apresiasi yang tinggi atas inisiatif kelompok tani dan dukungan dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).
“Awalnya saya belum memahami maksud dan tujuan Klinik PHT, namun sekarang saya paham betapa pentingnya. Semoga dengan peresmian ini dapat membawa manfaat bagi masyarakat. Terima kasih kepada BPP dan pengelola. Harapan saya, klinik ini bisa juga menjadi tempat belajar pemanfaatan kascing (kompos cacing),” ungkapnya.
Duwi Hartoto, S.ST selaku koordinator BPP Bruno juga menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya atas dukungan penuh dari pemerintah desa terhadap inisiatif ini.
“Kami berterima kasih kepada Pemdes yang sudah memberikan apresiasi melalui dukungan pendanaan. Klinik PHT semacam ini juga sda di Pasar Anom Kecamatan Grabag dan sudah memiliki peralatan pendukung yang lebih lengkap, dan kami berharap Klinik PHT Karanggedang ini dapat terus berkembang, bahkan menjadi Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S). Kami juga berharap Kepala Laboratorium Temanggung suatu saat nanti dapat hadir langsung sekaligus memberikan bantuan peralatan yang dibutuhkan, ” tutur Duwi.
Untuk mendukung pengembangan kegiatan kegiatan PHT kelompok juga telah membeli 20 tabung isolat berisi empat jenis mikroorganisme yang akan digunakan sebagai bahan pendukung praktik PHT.
Pak Yono salah satu tokoh masyarakat sekaligus juga anggota meminta dukungan doa restu kepada semua pihak terutama Pak Kades agar kegiatan Klinik PHT lancar dan tujuan mulia dapat tercapai.
“Ingkung dan tumpeng yang disajikan dalam kegiatan ini bukan sekadar hidangan, tapi juga lambang pangabekti kepada Gusti Allah. Semoga semua berjalan selamat dan kelompok semakin maju,” ucapnya.
Carik Desa Karanggedang yang ikut hadir juga menegaskan bahwa kegiatan yang lahir dari inisiatif masyarakat (bottom up) memang patut disuport secara penuh. Menurutnya potensi besar Karanggedang dalam sektor unggas—ayam, puyuh dan bebek—membutuhkan pengelolaan yang baik agar limbah kotoran tidak menimbulkan masalah lingkungan.
“Puyuh dengan populasi 18 ribu dapat menghasilkan limbah kotoran sampai dua truk setiap bulan. Dari 70 ribu ekor puyuh yang ada bisa menghasilkan lebih dari enam truk kotoran. Jika tidak dikelola dengan baik maka kotoran ini akan jadi masalah. Namun ketika difermentasi limbah itu bisa jadi pupuk. Jadi Klinik PHT harus bisa menjadi solusi sekaligus upaya mitigasi rawan pangan,” jelas Carik.
Ia menambahkan BUMDes dan Kopdes juga siap mendukung dengan rencana pembangunan Rumah Pajang Produk Kascing hasil produksi Klinik. Hal ini diyakini akan memperkuat nilai tambah sekaligus menyelamatkan lingkungan.
Dengan semangat kebersamaan para pengelola Klinik PHT berharap kegiatan ini bukan sekadar proyek singkat, melainkan berkelanjutan. Sinergi antara pemerintah desa, BPP, kelompok tani, hingga BUMDes dan Kopdes diharapkan dapat menciptakan ekosistem pertanian ramah lingkungan berbasis kemandirian.
Peresmian Klinik PHT Karanggedang diiringi dengan tasyakuran sederhana, namun penuh makna: syukur, doa, dan tekad bersama membangun pertanian Bruno yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
______________

Komentar
Posting Komentar