Postingan

Gulma Jadi Camilan

Gambar
Gulma Jadi Camilan Oleh : Sutoyo _______________ “Menanam padi, rumput ikut tumbuh”, begitu bunyi pribahasa lama yang masih sering diucapkan oleh orang-orang tua kita. Pribahasa itu memang menggambarkan kenyataan bahwa setiap usaha apapun  hampir pasti ada hal lain yang suka atau tidak suka tak terduga ikut menyertai. Demikian halnya kebun demplot milik KWT Arumsari desa Blimbing, Kecamatan Bruno  menanam sayuran, eh bayam liar ikut juga tumbuh dengan suburnya. Bayam ini tidak ditanam dengan niat. Ia muncul begitu saja tumbuh liar di sela cabai, terong, dan kacang panjang. Kadang di pojok pekarangan, kadang di pematang, kadang di sela-sela bedengan yang sudah penuh dengan tanaman utama. Bagi sebagian petani bayam liar itu hanyalah gulma yang merebut nutrisi. Mereka dengan sigap mencabutnya, membuangnya, dan menganggapnya pengganggu. Tapi bagi ibu-ibu rumah tangga, bayam liar justru sering jadi penyelamat: gratis, tinggal petik, bisa langsung dimasak sayur bening untuk...

Rahasia 3% Orang yang Bisa ‘Memanggil’ Uang: Belajar dari Abdurrahman bin Auf

Rahasia 3% Orang yang Bisa ‘Memanggil’ Uang: Belajar dari Abdurrahman bin Auf Oleh : Sutoyo ______________________ Bayangkan suasana Madinah diawal hijrah. Jalanan masih berdebu, pasar sederhana hanya beralaskan tanah, dan orang-orang yang tengah sibuk membangun kehidupan baru setelah meninggalkan Makkah. Ditengah keramaian itu tampak seorang lelaki dengan wajah tenang berjalan menuju sahabat barunya kaum Anshar yang menyambutnya dengan hangat. Lelaki itu adalah Abdurrahman bin Auf. “Saudaraku, aku punya dua kebun dan dua istri. Silakan pilih satu, akan aku berikan padamu,” kata sahabat Anshar tersebut dengan tulus. Abdurrahman hanya tersenyum, lalu menjawab, “Semoga Allah memberkahi harta dan keluargamu. Cukup tunjukkan aku jalan dimana ada pasar.” Kalimat sederhana itu menjadi awal dari perjalanan luar biasa seorang pedagang yang kelak dikenal sebagai salah satu manusia terkaya dizamannya. Tidak ada modal emas atau perak, hanya kemauan untuk mencari peluang dan keberanian untuk memul...

Tak Terlihat Seperti Juragan, Tapi Jaringannya Menembus Desa-Desa Rempah

Gambar
Tak Terlihat Seperti Juragan, Tapi Jaringannya Menembus Desa-Desa Rempah Oleh : Sutoyo __________ Seorang lelaki tua berusia 70 tahun tampak duduk dengan santai di teras rumahnya. Dengan pakaian khasnya sarungan dan kupluk hitam menutupi rambut yang mulai memutih. Sekilas jelas tak ada yang istimewa dari penampilannya. Tak ada jas, tak ada ponsel mahal digenggaman, apalagi mobil mewah di garasi. Namun siapa sangka, lelaki yang sehari-hari disapa Mbah Jasman ini adalah salah satu pengepul rempah paling berpengaruh di wilayahnya. Cengkeh, kapulaga, kemukus, jahe, temulawak—itulah dunia yang digelutinya sejak masih bujangan berpuluh-puluh tahun yang lalu sampai dengan hari ini. Dari tangannyalah hasil bumi petani mengalir ke berbagai wilayah, menghidupi banyak keluarga, dan menjaga tradisi dagang rempah yang sudah ada sejak zaman leluhur. Mbah Jasman bukan hanya pedagang. Ia adalah penghubung antara petani dan pasar, antara kerja keras di ladang dan kesejahteraan di rumah. Jaringan usaha ...

Tumpeng: Gunungan Syukur dari Meja Kenduri Desa hingga Filosofi Ketahanan Pangan

Gambar
Tumpeng: Gunungan Syukur dari Meja Kenduri Desa hingga Filosofi Ketahanan Pangan Oleh : Sutoyo ____________________ Dibanyak perayaan di Indonesia mulai dari ulang tahun, hajatan desa, sampai dengan peringatan hari kemerdekaan tumpeng selalu punya tempat istimewa di meja hidangan. Nasi berbentuk kerucut yang dikelilingi dengan lauk-pauk warna-warni ini bukan sekadar soal rasa atau estetika. Ia adalah gunungan  syukur, warisan leluhur, sekaligus cermin bagaimana kita memandang hubungan antara manusia, alam, dan pangan. Tradisi tumpeng diyakini lahir dari budaya agraris Nusantara yang memuliakan gunung sebagai sumber kehidupan. Dalam kepercayaan Hindu–Buddha di Jawa, bentuk kerucut tumpeng merepresentasikan Gunung Mahameru—pusat alam semesta dan tempat para dewa bersemayam ( id.wikipedia.org ). Ketika Islam masuk kemudian  makna tumpeng menyesuaikan: puncak yang menjulang ke langit diartikan sebagai doa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sementara lauk-pauk di sekelilingnya adal...

Ubah Aroma, Putus Siklus Hama

Gambar
  Ubah Aroma, Putus Siklus Hama (Ngobrol Santai Ala Abuwaras) ____________________ “Bos, pernah nggak sih lihat capung terbang rendah pas mau hujan?” Itu bukan sulap, tapi itu cara serangga membaca tanda-tanda alam. Semua serangga dewasa punya misi sama: nyari tempat yang aman buat nitip telur (calon anak). Tempatnya haruslah nyaman, nggak bau aneh-aneh, dan pastinya aman dari bahaya. Kalau ada yang ganjil—apalagi aromanya asing—si induk langsung cabut cari tempat lain, lagian ngapain ambil resiko.  Nah, logikanya gampang: kalau serangga induk nggak mau mampir, maka nggak ada telur yang ditaruh. Kalau nggak ada telurnya, ya kan nggak bakal ada ulat, wereng, atau penggerek batang yang lahir. Jadi kita nggak usah capek-capaek bunuh hama, cukup bikin mereka nggak betah sejak awal. Semesta telah mengajari kemudahan, kenapa malah milih yang susah-suah. Masalahnya, banyak petani kita  dari dulu sudah dikasih “doktrin” kalau ngusir hama itu ya harus semprot pestisida kimia...

Brigade Pangan: Gotong Royong yang Di-Franchise-kan ?

  Brigade Pangan: Gotong Royong yang Di-Franchise-kan ? Dulu gotong royong lahir dari hati. Sekarang lahir dari SK dan SPJ. Oleh : Sutoyo ___________________  Gotong royong adalah ruh kolektif bangsa ini sejak nenek moyang. Ia tumbuh dari akar, hidup dalam budaya, dan menyatu dalam nadi para petani. Namun seperti banyak hal lainnya yang dulunya gratis lalu perlahan-lahan mulai dikomersialkan, kini gotong royong pun sepertinya sedang menuju  di-franchise-kan . Salah satu contoh paling mutakhir adalah Brigade Pangan. Brigade pangan di atas kertas adalah semangat yang mulia sebab ia mengerahkan kekuatan komunitas petani untuk menjawab tantangan pangan nasional. Namun mari kita jujur: ketika semua harus seragam, bersurat tugas, berlogo, berbendera, dan terintegrasi dalam dashboard pelaporan pusat—masihkah layak disebut sebagai gotong royong rakyat, ataukah sudah franchise sosial ala korporasi? Coba bayangkan  para petani di desa harus berkumpul sesuai jadwal yang s...

Closed Loop: Jalan Terang atau Sekadar Lampu Taman?

Closed Loop: Jalan Terang atau Sekadar Lampu Taman? Membedah Keberhasilan dan Tantangan Pemberdayaan Petani dari Hulu ke Hilir Oleh : Sutoyo _________________ Dalam beberapa tahun terakhir istilah closed loop menjadi buah bibir di dunia pertanian Indonesia. Konsep ini sering digadang-gadang sebagai solusi menyeluruh yang menghubungkan antara petani dengan pasar secara langsung, memotong rantai tengkulak, dan memberikan pendampingan teknis dari hulu hingga hilir. Pemerintah, pelaku usaha, dan perbankan dilibatkan dalam satu ekosistem kemitraan yang terintegrasi. Diatas kertas idenya memang indah: petani mendapat benih, pupuk, teknologi, pembiayaan, pendampingan, hingga jaminan pembelian hasil panen. Namun seberapa besar sebenarnya keberhasilan program ini di lapangan? Berdasarkan laporan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pilot project closed loop yang dilaksanakan di Kabupaten Garut pada sekitar 2022 menunjukkan hasil cukup menggembirakan. Dengan melibatkan 22 petani di...