Postingan

Gelombang Energi Lisan dan Amuk Massa

Gelombang Energi Lisan dan Amuk Massa Oleh : Sutoyo ______________ Pepatah lama “mulutmu harimaumu” kembali menemukan relevansinya di tengah hiruk-pikuk demonstrasi besar-besaran yang mengguncang berbagai kota di Indonesia pada akhir Agustus 2025 ini. Lisan yang seharusnya menjadi medium komunikasi ternyata bisa berubah menjadi generator energi sosial yang membakar. Ucapan yang lepas tanpa kendali  bermetamorfosa menjadi getaran energi yang kemudian merambat ke massa. Gelombangnya meluas berubah jadi amuk yang sulit dikendalikan. Dalam perspektif energi setiap ucapan merupakan getaran. Kata-kata yang penuh dengan kebaikan akan memancarkan energi positif dan pada akhirnya akan menenangkan, menyatukan dan menguatkan. Sebaliknya kata-kata yang sarat dengan provokatif ibarat arus listrik yang korslet sehingga menyulut percikan dan berujung pada kebakaran sosial. Ketika ribuan orang berkumpul dalam suatu ruang publik maka energi lisan punya daya resonansi yang berlipat ganda. Seoran...

Dari Karnaval Stop Boros Pangan ke Gerakan Pangan Murah Serentak

Gambar
Dari Karnaval "Stop Boros Pangan" ke "Gerakan Pangan Murah Serentak" Oleh : Sutoyo ______________ Bruno, Sabtu 30 2025_  Setiap bulan Agustus dari kota sampai pelosok-pelosok desa di seluruh Indonesia semarak berubah wajah dengan dominasi merah putih. Jalanan penuh dengan arak-arakan, anak-anak memakai kostum warna-warni, ibu-ibu PKK membawa kreasi pangan lokal, dan bapak-bapak sibuk mengawal sound system biar tak kalah dengan rombongan sebelah. Begitulah karnaval, pesta rakyat yang selalu dinanti. Namun ada yang berbeda tahun ini. Ditengah semarak perayaan HUT RI ke-80, kontingan DKPP mengusung tema karnaval diangkat lebih serius: “Stop Boros Pangan”.  Sebuah tema yang mungkin terdengar sederhana, tetapi sebenarnya menyimpan pesan mendalam bahwa jangan sampai kita sibuk merdeka di jalan, tetapi lupa merdeka di dapur. Biasanya karnaval itu identik dengan hiburan semata. Tapi kali ini ada rombongan yang menampilkan teatrikal tentang nasi yang terbuang, ada poste...

"Abuwaras dan Hujan Salah Mangsa: Ketika Kemarau Dipaksa Menyedu Kopi Panas"

Gambar
"Abuwaras dan Hujan Salah Mangsa: Ketika Kemarau Dipaksa Menyedu Kopi Panas" _____________ Lima hari terakhir ini berturut-turut turun hujan nyaris tidak ada jeda pas musim kemarau. Jalanan becek, daun tembakau basah kuyup, dan sawah yang harusnya retak-retak malah kembali penuh genangan. “Iki dudu musim, iki kaya wong kelangan arah,” celetuk Abuwaras sambil menyalakan rokok klobotnya. Dalam kalender petani Jawa mangsa itu pegangan hidup. Ada mangsa ketiga yang tandanya kemarau panjang, ada mangsa kapat yang waktunya mulai hujan turun. Tetapi kali ini agak lain, semua campur aduk, kemarau masih berjalan, tapi hujan turun bertubi-tubi. Kata orang tua, ini disebut “udane rujak”—hujan yang datang diluar jadwal bikin bingung siapa pun yang menggantungkan hidup pada alam. Abuwaras malah tertawa kecil: “Petani tembakau saiki bingung, daun sing kudu diangin-angin malah kecemplung banyu.” “Sing nandur jagung girang, tapi sing nandur lombok njewer kuping dhewe.” “Air sumur syuku...

Jangan Salah! Kluwih Bukan Cuma Sayur Kampung, Tapi Komoditas Masa Depan

Gambar
  Jangan Salah! Kluwih Bukan Cuma Sayur Kampung, Tapi Komoditas Masa Depan Oleh : Sutoyo ______________ Banyak orang hanya mengenal kluwih sebagai sayur lodeh di meja makan kampung. Padahal buah yang mirip dengan nangka ini punya produktivitas hingga puluhan ton per hektare dan harga yang semakin menggoda. Dari olahan tradisional hingga inovasi modern seperti tepung dan abon buah kluwih pelan-pelan naik kelas menjadi komoditas yang cukup menjanjikan. Kluwih ( Artocarpus altilis ) sering dikira nangka atau sukun. Padahal tanaman ini memiliki identitas sendiri dengan buah yang berbiji, daging empuk, dan rasa gurih ketika dimasak. Pohonnya dapat tumbuh hingga setinggi 15–20 meter dengan tajuk yang rindang ( Narareba, 2025a ). Selama ini kluwih lebih dikenal di desa-desa di Pulau Jawa sebagai bahan sayur lodeh atau tumisan sederhana. Namun dibalik kesederhanaannya, ada potensi ekonomi yang besar apabila dikelola dengan serius. Dalam satu hektare kluwih bisa ditanam sekitar 100–156...

Pisang Sebrot, Lubuk, atau Ambon Belitung? Satu Buah, Banyak Nama, Banyak Makna

Gambar
Pisang Sebrot, Lubuk, atau Ambon Belitung? Satu Buah, Banyak Nama, Banyak Makna Oleh : Sutoyo ______________ Bruno, Purworejo, Jum'at 29 Agustus 2025_ Tidak semua buah punya kisah seunik buah pisang. Disatu desa ia dipanggil “Sebrot”, di desa lain disebut “Lubuk”, sementara di Wonosobo dikenal sebagai pisang “Ambon Belitung”. Nama boleh berbeda-beda tetapi rasa dan pesonanya tetaplah menggoda : manis, harum, lembut, dan tanpa biji. Pisang yang ini ternyata bukan sekadar buah pisang pada umunya tetapi bagian dari kearifan lokal yang menyeberangi batas wilayah dan tradisi. Di Kecamatan Kemiri pisang Sebrot konon sering menjadi suguhan utama dalam suatu hajatan istimewa. Di Bruno, pisang Lubuk punya tempat tersendiri di hati masyarakat, sementara di Wonosobo, sebutan Ambon Belitung kerap hadir dalam pasar tradisional. Uniknya dibeberapa daerah pisang ini tidak hanya sekadar pangan sehari-hari, tapi juga menjadi simbol penting dalam acata ritual. Misalnya ketika momen Mauludan tiba ...

Klinik PHT Karanggedang Diresmikan, Siap Menjadi Wahana Belajar Pertanian Berkelanjutan

Gambar
Klinik PHT Karanggedang Diresmikan, Siap Menjadi Wahana Belajar Pertanian Berkelanjutan Oleh : Sutoyo ______________ Bruno, Kamis 28 Agustus 2025 – Program Klinik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Desa Karanggedang, Kecamatan Bruno, terus menunjukkan kemajuan. Dengan dukungan dana dari Dana Desa sebesar Rp15 juta pembangunan gedung pertemuan untuk klinik tersebut kini telah mencapai 100 persen sesuai dengan rencana. Selain pembangunan fisik kegiatan Klinik PHT juga aktif melalui pertemuan rutin setiap minggu ke-2 dan ke-4. Klinik ini diketuai oleh Sugito dengan dukungan iuran swadaya rutin dari anggotanya. Para pengelola juga telah melakukan kunjungan ke Laboratorium PHT di Kedu, Kabupaten Temanggung. Meskipun masih terkendala keterbatasan peralatan terutama belum memiliki mikroskop semangat pengelola tetap menggelora. Kepala Desa Karanggedang menyampaikan apresiasi yang tinggi atas inisiatif kelompok tani dan dukungan dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). “Awalnya saya belum ...

BPP Bruno Siap Dukung Usaha Pertanian dari Hulu hingga Hilir

Gambar
  BPP Bruno Siap Dukung Usaha Pertanian dari Hulu hingga Hilir _____________ Purworejo – Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bruno menegaskan komitmennya untuk mendukung pengembangan usaha pertanian dalam arti yang luas, mulai dari hulu (on farm) hingga hilir (off farm) . Hal ini disampaikan dalam momentum Rapat Koordinasi dan Pembekalan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih  se Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo yang digelar pada Rabu (27/8/2025). Sutoyo mewakili koordinator BPP Bruno menuturkan bahwa pertanian modern tidak hanya berhenti pada aktivitas produksi di lahan saja, melainkan harus terkoneksi dengan pengolahan hasil, pemasaran, hingga manajemen usaha tani. "Kami jajaran BPP Bruno siap mendampingi petani, kelompok tani, dan koperasi desa dalam setiap tahapan, mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pengendalian OPT, pascapanen, hingga pengembangan produk olahan dan akses pasar," jelasnya. Menurutnya peran koperasi sangat penting dalam memperkuat posisi ...