Postingan

Aglomerasi Pertanian: Ketika Peta Komoditas Bertemu dengan Peta Kearifan

Gambar
                                                                               Ilustrasi Aglomerasi Pertanian: Ketika Peta Komoditas Bertemu dengan Peta Kearifan Oleh: Sutoyo Blog StoryLab Sutoyo | 2025 “Aglomerasi”  barangkali terdengar seperti istilah yang lebih cocok digunakan untuk dunia industri, startup, atau kota metropolitan. Tetapi siapa yang menyangka bahwa konsep ini kini sebenarnya sudah  masuk kedalam sektor pertanian. Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) bahkan telah membagi wilayah-wilayah di Jawa Barat dan Jawa Tengah berdasarkan sektor unggulan dalam skema aglomerasi sektoral . ( Indramayu, Jawa Barat, Senin (21/7/2025). ANTARA/Fathnur Rohman). Indramayu, Cirebon, dan Brebes difokuskan ke sektor pangan, Kuningan ke energi baru terbarukan, dan K...

KOKAM Jadi Petani, Lalu JATAM Ngapain?

Gambar
Foto : MUHAMMADIYAH.OR.ID, SLEMAN KOKAM Jadi Petani, Lalu JATAM Ngapain? Refleksi Kritis atas Sinergi Muhammadiyah dan Polri dalam Program Ketahanan Pangan Oleh : Sutoyo ____________________ Apel Akbar Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) yang digelar di Stadion Tridadi, Sleman (Ahad, 20 Juli 2025) menjadi sorotan nasional. Selain dihadiri tokoh-tokoh penting seperti Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Menteri PMK Muhadjir Effendy, dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, acara ini menjadi panggung pernyataan tekad KOKAM mendukung program ketahanan pangan nasional. Dalam sambutannya, Kapolri mengapresiasi militansi KOKAM dan menyatakan bahwa Polri menggandeng KOKAM sebagai mitra strategis dalam program penanaman 1 juta hektar jagung. Sebagai langkah konkret, turut diteken nota kesepahaman (MoU) antara Polri dan PP Muhammadiyah untuk penanaman jagung di atas lahan seluas 10.000 hektar. Sumber: muhammadiyah.or.id – “KOKAM dan Polri Sinergi Wujudkan Keta...

Apresiasi Tinggi untuk POPT: Melepas Predator di Ladang Tembakau Watuduwur

Gambar
Apresiasi Tinggi untuk POPT: Melepas Predator di Ladang Tembakau Watuduwur Oleh : Sutoyo ______________ Watuduwur, Bruno, Senin 21 Juli 2025__ . Ditengah tantangan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang semakin kompleks, langkah sederhana namun visioner dilakukan oleh petugas Pengendali OPT (POPT) Sugiyo dan Agal di Watuduwur, Kecamatan Bruno. Mereka melepas predator alami ke lahan petani tembakau sebagai bagian dari strategi pengendalian hayati. Bukan sekadar kegiatan seremonial, tindakan ini adalah bentuk apresiasi terhadap pendekatan ekologi—dimana petani dan alam semestinya bukan saling melawan, melainkan saling berdampingan. Selama ini gerakan pengendalian OPT cenderung bersifat kuratif , yakni dilakukan setelah populasi hama mencapai ambang pengendalian atau setelah terjadi kerusakan ekonomi. Padahal, pendekatan preventif jauh lebih efektif dan berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan peran musuh alami atau predator. Melepas predator seperti menya...

Kita bisa kenyang dari pangan impor

“Kedaulatan Pangan: Saatnya Pangan Tak Hanya Cukup, Tapi Juga Berdaulat” Oleh: Abuwaras Ditengah gegap gempita swasembada dan kecemasan krisis pangan global, kita sering terjebak pada satu pertanyaan besar: apakah cukup sekadar kenyang ? Atau seharusnya kita bertanya: siapa yang mengendalikan pangan kita? Disinilah konsep kedaulatan pangan menjadi penting. Ia bukan sekadar soal “pangan tersedia”, tapi siapa yang menentukan cara kita menanam, makan, dan mengatur sistem pangan itu sendiri . 🍚 Dari Ketahanan Menuju Kedaulatan Selama ini kita terlalu lama berkutat pada istilah “ ketahanan pangan ”. Konsep ini fokus pada ketersediaan dan keterjangkauan , tapi tidak peduli apakah itu dari beras lokal atau dari gandum impor yang menumpuk di pelabuhan. Asal tersedia, semua dianggap aman. Sementara itu, petani kecil tetap terpinggirkan , pangan lokal terlupakan, dan tanah kita terus-menerus dijejali pupuk kimia serta benih paten. Kedaulatan pangan datang menawarkan arah baru. Bukan ha...

Ketahanan, Kemandirian, atau Kedaulatan? Saatnya Kita Tidak Salah Kaprah Lagi Soal Pangan

Ketahanan, Kemandirian, atau Kedaulatan? Saatnya Kita Tidak Salah Kaprah Lagi Soal Pangan Oleh : Abuwaras ____________________ Ditengah gencarnya isu krisis pangan global kita sering disuguhi dengan narasi dari pemerintah soal keberhasilan menjaga ketahanan pangan . Mediapun turut menyorot soal stok beras yang aman, pangan yang tersedia, dan harga yang relatif stabil. Tapi pertanyaannya: benarkah kita sudah aman? Ataukah4 justru terlena dalam ilusi kenyang yang semu? Salah satu akar masalahnya terletak pada kerancuan istilah . Banyak pihak — termasuk pengambil kebijakan — masih mencampuradukkan istilah ketahanan pangan , kemandirian pangan , dan kedaulatan pangan . Padahal, secara filosofi, arah kebijakan, dan dampaknya di lapangan, ketiganya berbeda jauh. Ketahanan Pangan: Pangan Ada, Tapi Bisa Saja Petani Tak Berdaya Menurut FAO ( Food and Agriculture Organization ) , food security adalah kondisi di mana semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap makanan...

Penyuluh PPPK: Sudah Jadi Anggota, Tapi Masih Jadi Tamu?"

Gambar
"Penyuluh PPPK: Sudah Jadi Anggota, Tapi Masih Jadi Tamu?" Oleh: Seorang Warga Biasa Perhiptani ____________________ Kalau Anda seorang penyuluh pertanian, entah itu ASN daerah, pusat, THL-TBPP, atau PPPK, mungkin akan sepakat bahwa kita ini punya rumah bersama bernama Perhiptani . Sebuah organisasi profesi yang setidaknya di atas kertas bertugas memperjuangkan nasib dan kehormatan penyuluh. Namun demikian mari kita bertanya dengan jujur: Apakah rumah itu benar-benar terbuka dan mendengar semua penghuninya? Pertanyaan ini muncul dari banyak teman kita—khususnya para penyuluh PPPK —yang merasa seperti tamu di rumah sendiri . Sudah menyetor iuran, aktif hadir di forum, bahkan tak sedikit yang menjabat dijajaran kepengurusan. Tetapi ketika berbicara tentang advokasi nasib PPPK , suara mereka seakan bergema di ruang kosong. 📌 Jangan Salah, Ini Bukan Soal Tidak Bersyukur Kami tahu rezeki PPPK adalah bagian tak terpisahkan dari buah perjuangan yang  panjang. Kami bersyukur...

Kalau Koperasi Soko Guru, Kenapa Ekonominya Dipegang Korporasi?

Kalau Koperasi Soko Guru, Kenapa Ekonominya Dipegang Korporasi? “Koperasi adalah soko guru perekonomian nasional.” Kalimat ini akrab di telinga, tapi asing dalam kenyataan. Di bulan Juli yang disebut sebagai bulan koperasi , biasanya kita menyaksikan banyak seminar, perayaan, hingga lomba yang bernuansa historis dan idealis. Tapi setelah itu? Koperasi sering kembali tenggelam di antara arus dominasi korporasi dan platform digital yang lebih cepat, efisien, dan menarik bagi masyarakat. Apakah koperasi masih layak disebut soko guru ekonomi nasional, atau hanya slogan yang terus diulang tanpa daya dukung nyata? 💡 Koperasi: Konstitusional tapi Tertinggal UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 menegaskan: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.” Inilah dasar filosofis koperasi. Bahkan Bung Hatta—yang dijuluki Bapak Koperasi Indonesia —mewujudkan koperasi sebagai sarana rakyat untuk merdeka secara ekonomi. Namun kini, koperasi justru banyak yang hidup s...