Apresiasi Tinggi untuk POPT: Melepas Predator di Ladang Tembakau Watuduwur
Apresiasi Tinggi untuk POPT: Melepas Predator di Ladang Tembakau Watuduwur
Oleh : Sutoyo
______________
Watuduwur, Bruno, Senin 21 Juli 2025__. Ditengah tantangan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang semakin kompleks, langkah sederhana namun visioner dilakukan oleh petugas Pengendali OPT (POPT) Sugiyo dan Agal di Watuduwur, Kecamatan Bruno. Mereka melepas predator alami ke lahan petani tembakau sebagai bagian dari strategi pengendalian hayati. Bukan sekadar kegiatan seremonial, tindakan ini adalah bentuk apresiasi terhadap pendekatan ekologi—dimana petani dan alam semestinya bukan saling melawan, melainkan saling berdampingan.
Selama ini gerakan pengendalian OPT cenderung bersifat kuratif, yakni dilakukan setelah populasi hama mencapai ambang pengendalian atau setelah terjadi kerusakan ekonomi. Padahal, pendekatan preventif jauh lebih efektif dan berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan peran musuh alami atau predator. Melepas predator seperti menyambut penjaga malam yang pulang dinas—mereka diam-diam bekerja mengurangi populasi hama tanpa biaya tinggi, tanpa pencemaran.
Menurut Prof. Damayanti Buchori (IPB), kehadiran musuh alami seperti parasitoid, predator, dan patogen alami merupakan aset penting dalam menjaga kestabilan agroekosistem. Namun, ia mengingatkan bahwa musuh alami hanya bisa berkembang dengan baik jika kita menyediakan habitat yang sesuai—yakni bentang alam yang tidak sepenuhnya dimonokulturkan dan tidak tercemar bahan kimia secara berlebihan. (Sumber: Kompas, 2022)
Inilah yang menjadi persoalan krusial. Dibanyak wilayah di Pulau Jawa, tekanan terhadap musuh alami semakin tinggi karena lanskap pertanian yang homogen dan penggunaan pestisida yang masif. Hal ini berdampak bukan hanya pada produktivitas lahan, tapi juga pada daya saing komoditas secara nasional.
Kasus Pasar Induk dan Ketimpangan Biaya Produksi
Suatu kali pernah dituturkan oleh salah satu petinggi pasar induk di Jakarta dengan berbagi pengamatan yang menarik: setiap kali masuk komoditas sayuran dari Sumatera, harga jual produk petani Jawa langsung kalah saing. Kenapa? Karena biaya produksi di Sumatera jauh lebih rendah, terutama dalam komponen pengendalian hama.
Fenomena ini dibenarkan oleh beberapa rekan petani dari Sumatera. Mereka mengakui bahwa gangguan hama dan penyakit di wilayah mereka cenderung lebih ringan. Salah satu dugaan kuat adalah karena bentang alam di sana masih relatif utuh, hutan-hutan masih luas, dan predator alami masih punya cukup ruang untuk hidup dan berkembang. Dengan kata lain mereka dibantu ekosistem yang masih sehat.
Sementara di Jawa petani sering berperang sendirian. Lahan-lahan yang terfragmentasi dan tekanan produksi yang tinggi membuat banyak dari mereka bergantung pada input kimia. Ironisnya ini justru memperlemah pertahanan ekologis alami dan memperkuat dominasi OPT.
Sudah Saatnya Memberi Kesempatan Predator untuk Hidup
Melepas predator seperti yang dilakukan oleh POPT di Watuduwur adalah langkah maju untuk membalikkan arah. Ini bukan hanya strategi teknis, melainkan strategi ekologis dan bahkan politis. Ia menegaskan bahwa negara melalui penyuluh dan petugas teknisnya masih berpihak pada pendekatan pertanian berkelanjutan.
Jika ada satu kebijakan nasional yang perlu disuarakan, maka itu adalah: memberi ruang hidup yang layak bagi predator dan musuh alami di ladang-ladang petani. Sebab tanpa mereka pertanian akan makin berbiaya tinggi, makin mahal, makin rapuh—dan pada akhirnya makin kalah bersaing di pasar.
Apresiasi tinggi patut diberikan kepada POPT dan para penyuluh di Watuduwur. Ditengah berbagai tekanan mereka tetap menjaga akal sehat pertanian. Mereka menunjukkan bahwa pengendalian OPT tak harus selalu lewat semprotan, melainkan bisa melalui kesepahaman ekologi—dimana manusia bukan satu-satunya makhluk penting di ladang, tetapi bagian dari sistem yang lebih luas.
Kalau Sumatera bisa karena hutannya, kenapa Jawa tak mencoba dengan akal-akal balung—dengan rekayasa habitat dan kesediaan untuk berdamai dengan alam? Biarlah predator kembali berjaga dimalam hari, dan petani bisa tidur lebih nyenyak.....wallohu alam bishowab
______________
Komentar
Posting Komentar