Kita bisa kenyang dari pangan impor

“Kedaulatan Pangan: Saatnya Pangan Tak Hanya Cukup, Tapi Juga Berdaulat”

Oleh: Abuwaras

Ditengah gegap gempita swasembada dan kecemasan krisis pangan global, kita sering terjebak pada satu pertanyaan besar: apakah cukup sekadar kenyang? Atau seharusnya kita bertanya: siapa yang mengendalikan pangan kita?

Disinilah konsep kedaulatan pangan menjadi penting. Ia bukan sekadar soal “pangan tersedia”, tapi siapa yang menentukan cara kita menanam, makan, dan mengatur sistem pangan itu sendiri.

🍚 Dari Ketahanan Menuju Kedaulatan

Selama ini kita terlalu lama berkutat pada istilah “ketahanan pangan”. Konsep ini fokus pada ketersediaan dan keterjangkauan, tapi tidak peduli apakah itu dari beras lokal atau dari gandum impor yang menumpuk di pelabuhan. Asal tersedia, semua dianggap aman.

Sementara itu, petani kecil tetap terpinggirkan, pangan lokal terlupakan, dan tanah kita terus-menerus dijejali pupuk kimia serta benih paten.

Kedaulatan pangan datang menawarkan arah baru. Bukan hanya cukup, tapi juga adil, lestari, dan bermartabat.

🌿 Pangan yang Sejalan dengan Kearifan Lokal

Di banyak desa, pangan bukan sekadar isi perut. Ia adalah identitas. Di pegunungan, petani masih menanam padi gogo, ubi jalar, dan jagung lokal dengan sistem tumpangsari warisan leluhur. Di pesisir, nelayan tahu musim-musim ikan dari bintang dan arah angin. Di ladang, para ibu menyimpan benih warisan dalam botol kaca.

Kedaulatan pangan menghargai itu semua. Ia memberi ruang bagi masyarakat untuk menentukan sendiri sistem pangan berbasis budaya dan kearifan lokal.

Kita tak sedang romantis — kita sedang realistis. Sistem pangan modern yang terlalu tergantung pada impor dan korporasi justru terbukti rapuh saat krisis global terjadi.

🐝 Keanekaragaman Hayati: Harta yang Terlindungi

Satu hal penting yang jarang dibahas: kedaulatan pangan melindungi keanekaragaman hayati.

  • Petani diberi hak menyimpan dan menanam benih lokal.

  • Praktik monokultur digantikan dengan pertanian agroekologis.

  • Penggunaan pestisida digeser ke arah pestisida nabati dan ramah lingkungan.

Semakin berdaulat pangan suatu daerah, semakin kaya pula keanekaragaman hayatinya. Dari varietas padi lokal yang puluhan jenis, sampai kebun campur yang jadi surga lebah klanceng dan kupu-kupu.

🔁 Dari Petani untuk Negeri

Kedaulatan pangan bukan utopia. Di banyak desa yang masih menjaga nilai-nilai leluhur, kita bisa melihat semenjak dulu mereka sebenarnya sudah berdaulat secara pangan, tinggal diperkuat dari sisi kebijakan.

Petani bukan sekadar buruh sawah. Ia adalah penjaga pangan, pelestari alam, dan pewaris budaya.

Sudah saatnya negara dan masyarakat memulihkan kembali hak-hak petani. Beri mereka akses atas lahan, air, benih, pasar, dan perlindungan hukum. Tanpa itu semua, kita hanya membangun “ketahanan pangan” semu — kenyang yang rapuh.


✊ Penutup: Dari Perut ke Arah Hidup yang Lebih Merdeka

Saat kita bicara soal pangan, kita sedang bicara soal hidup.
Kita bisa kenyang dari pangan impor, tapi tidak akan pernah benar-benar merdeka.

Kedaulatan pangan mengajarkan bahwa:

Pangan bukan hanya soal makan, tapi soal martabat.


📚 Referensi Kredibel (untuk sisipan bila perlu):

  • La Via Campesina – Declaration of Nyéléni on Food Sovereignty

  • FAO (Food and Agriculture Organization) – The Right to Food

  • Badan Ketahanan Pangan Kementan RI

  • Patta Scott-Villiers (IDS Sussex) – Food Sovereignty and Local Knowledge Systems



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penyuluh Tak Lagi Menyuluh: Ketika Agen Perubahan Terjebak Administrasi dan Bantuan

KOKAM Jadi Petani, Lalu JATAM Ngapain?

Apresiasi Tinggi untuk POPT: Melepas Predator di Ladang Tembakau Watuduwur