Seberapa Pentingkah Ubinan bagi Poktan dan PPL?



Seberapa Pentingkah Ubinan bagi Poktan dan PPL? 

Belajar dari Panen Raya Sido Waras, Karanggedang

Oleh : Sutoyo
____________
Bruno, 19 November 2025__Dibanyak desa kata ubinan masih terdengar asing. Bahkan ada petani yang menganggapnya sebagai kegiatan ritual formalitas belaka, adalagi yang mengira hanya diperlukan saat ada tamu dari dinas, dan banyak pula yang merasa hasil panen cukup dilihat dari karung yang menumpuk di halaman. Namun Kelompok Tani Sido Waras, Desa Karanggedang, Kecamatan Bruno, menunjukkan bahwa ubinan justru menjadi kunci untuk memahami usaha tani secara lebih jernih.

Kegiatan Panen Raya yang digelar bersama dengan BPP Kecamatan Bruno, tim penyuluh memasang petak ubinan ukuran 2,5 × 2,5 meter disalah satu petak sawah yang ditanami padi varietas AGT 303. Menurut pengakuan Parimin ketua sekaligus pemilik lahan dikatakan bahwa  hanya sedikit sekali  tambahan pupuk kimia yang digunakan, jadi mayoritas adalah menggunakan pupuk organik kascing. Oleh karena itu para petani Sido Waras sebagian merasa penasaran dan sebagian lagi hanya senyum skeptis ketika ikut menyaksikan prosesnya.

Ketika hasil ubinan dihitung, angkanya langsung menjadi bahan obrolan: 8,8 ton per hektar (GKP). Bagi sebagian petani hal ini cukup mengejutkan. Sebaliknya bagi penyuluh ini adalah data emas yang dapat mengubah cara pandang poktan terhadap pemupukan organik dan pemilihan varietas. Lebih daripada itu hasil ini membuktikan bahwa ubinan dapat menjadi jembatan antara pengalaman lapangan dan ilmu agronomi.

Ubinan yang baik bukan hanya soal memotong tanaman lalu menimbang gabahnya. Ia adalah proses untuk menjawab banyak pertanyaan penting yang sering terlewat:

Apakah varietas yang dipilih benar-benar cocok dengan lahan?

Apakah perlakuan pupuk—termasuk organik full—memberikan hasil optimal?

Apakah musim ini lebih baik atau lebih buruk dibanding musim lalu?

Apa yang bisa diperbaiki pada musim tanam berikutnya?

Tanpa ubinan semua pertanyaan itu pasti dijawab dengan perasaan. Namun sebaliknnya  dengan ubinan maka semuanya dipastikan terjawab dengan angka.

Mengapa Ubinan Sering Diremehkan?

Banyak poktan yang belum terbiasa dengan budaya mengukur. Setidaknya ada 3 (tiga) alasan sederhana:

Kebiasaan mengandalkan pengalaman. Petani menilai panen lewat jumlah karung, bukan produktivitas per hektar.

Ubinan dianggap pekerjaan penyuluh. Padahal seharusnya ini menjadi budaya poktan.

Tidak ada evaluasi rutin, sehingga banyak poktan yang panen tapi jarang membahas hasil secara mendalam.

Ubinan Sido Waras membuktikan satu hal bahwa sekali petani melihat data nyata maka mereka mulai bertanya, “Musim depan4 bisa lebih bagus lagi gak ya ?”

Pelajaran Penting dari Sido Waras

  1. Jadi dari ubinan yang menghasilkan 8,8 ton/ha itu, ada beberapa poin penting yang bisa dibawa pulang antara lain :. AGT 303 punya potensi tinggi, tapi tetap perlu diuji lagi. Hasil satu petak adalah indikator awal. Jika ingin merekomendasikan varietas ini secara luas maka poktan perlu melakukan ubinan di beberapa petak dan musim berikutnya.
  2.  Pupuk organik full bisa menjadi pilihan yang serius. Selama ini ada anggapan bahwa organik tidak bisa menghasilkan tinggi. Nyatanya, dengan pengelolaan lahan yang baik, hasilnya tetap kompetitif—bahkan menonjol.
  3. Ubinan memicu diskusi dan pembelajaran. Ketika angka sudah terpampang, petani akan otomatis berdiskusi: soal tata air, soal jarak tanam, soal varietas, hingga soal pupuk. Ini jauh lebih produktif daripada diskusi berbasis asumsi.
  4. PPL punya dasar yang kuat untuk memberi rekomendasi. Rekomendasi yang berbasis data lebih mudah diterima oleh petani. Mereka melihat, ikut menimbang, ikut menghitung—maka mereka akan lebih percaya.

Apa Arti Ubinan bagi Poktan dan PPL?

Bagi Poktan

Ubinan adalah alat kontrol. Dengan data, poktan bisa merumuskan langkah teknis secara tepat: pemilihan varietas, dosis pupuk, pola tanam, sampai dengan rencana demplot musim depan.

Bagi PPL

Ubinan adalah bahasa komunikasi paling efektif. Penyuluhan yang berangkat dari data lapang akan jauh lebih diterima dibandingkan dengan penyuluhan berbasis teori.

Bagi Petani

Ubinan adalah cermin untuk melihat hasil kerja mereka sendiri. Meski cermin itu kecil trtapi daya pantulannya besar.

Cerita dari KT. Sido Waras desa Karanggedang menunjukkan bahwa ubinan bukan hal yang sepele. Dari petak kecil itu, munculah pelajarann yang besar: bahwa usaha tani membutuhkan ukuran, bukan sekadar tebakan; membutuhkan evaluasi, bukan sekadar kebiasaan; dan membutuhkan data, bukan sekadar cerita.

Ubinan mungkin terlihat sederhana. Tapi ia mampu menggerakkan perubahan cara berpikir. Perubahan yang akan menentukan masa depan petani, poktan, dan ketahanan pangan di desa-desa kita.....Wallohualam bishowab.
___________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magnet Kerinduan di Watuduwur: Sebuah Pertemuan Tak Terduga dengan Pak Dhani Harun

Ibu Ketua TP PKK Jateng borong produk KWT se Kecamatan Bruno

Keresahan yang Mencair di Aula B dan C: Petani Tembakau Akhirnya Bisa Tersenyum