Tantangan Baru Muhammadiyah

Tantangan Baru Muhammadiyah: Membangun Roadmap Pertanian dari Hulu ke Hilir

Oleh : Sutoyo
_____________

Muhammadiyah sudah terbukti berhasil membangun amal usaha yang kokoh dibidang pendidikan dan kesehatan. Ribuan sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah ditambah dengan ratusan rumah sakit serta klinik menjadi pilar penting pelayanan publik di Indonesia. Tidak diragukan lagi citra Muhammadiyah sebagai organisasi yang mengakar pada basis umat sekaligus modern dalam manajemen pun semakin kuat.

Kini organisasi ini menapaki tantangan baru  yakni mengelola sektor pertanian. Sejarah baru itu dimulai di Kebumen, Jawa Tengah, pada 19–21 September 2025  disaat Muhammadiyah menyelenggarakan Jambore Nasional I Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM). Acara ini berlangsung di Universitas Muhammadiyah Gombong (UNIMUGO) dan Pendopo Kabumian yang dihadiri sekitar 1.000 petani dari 22 provinsi se-Indonesia.

Jambore dibuka resmi oleh Bupati Kebumen Lilis Nuryani bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah, Wakil Menteri Pertanian RI, serta sejumlah tokoh nasional dan daerah. Bukan hanya seremoni Jambore ini menghadirkan 93 stan expo (53 inovasi pertanian dan 40 UMKM), tabligh akbar, forum bisnis pangan, hingga peluncuran varietas padi unggul Mentari.

Menurut catatan akhir menunjukkan bahwa acara ini dikunjungi kurang lebih 22.000 orang dengan total transaksi mencapai Rp 1,485 miliar (Pikiran Rakyat Jateng, 22/9/2025).

Dari Pendidikan dan Kesehatan, Menuju Pertanian

Jika kita menengok ke belakang Muhammadiyah masuk ke bidang pendidikan dan kesehatan bukan semata karena tren, melainkan karena kebutuhan mendasar umat. Pendidikan melahirkan generasi berilmu, kesehatan menjaga keberlangsungan hidup. Kini, giliran pertanian yang akan disasar, dengan alasan yang sama kuatnya: pangan adalah pondasi kedaulatan bangsa.

Namun sektor ini jelas lebih rumit. Pertanian tidak bisa dikelola hanya dengan modal organisasi, melainkan juga harus menghadapi faktor alam, fluktuasi pasar, kebijakan pemerintah, hingga problem klasik regenerasi petani.

Roadmap yang Perlu Diperjelas

Ada satu catatan penting yang tak boleh dilupakan bahwa Muhammadiyah perlu membangun roadmap pertanian yang jelas dan berjangka panjang agar langkah ini tidak sekadar seremonial.

Selama ini arah kebijakan pemerintah masih lebih banyak menekankan pada sektor hulu pertanian seperti bantuan pupuk bersubsidi, pengadaan alat dan mesin (alsintan), pelatihan teknis budidaya, hingga program intensifikasi. Semua ini memang penting, tetapi dirasakan belum cukup. Begitu hasil panen melimpah, petani tetap harus bertarung sendirian di pasar bebas. Harga anjlok, rantai distribusi panjang, dan nilai tambah kerap direbut oleh tengkulak atau pelaku industri besar.

Disinilah peluang Muhammadiyah. Melalui JATAM, organisasi ini bisa mengambil peran strategis di hilirisasi sektor pertanian:

  1. Pengolahan hasil agar produk petani punya nilai tambah.

  2. Branding dan pemasaran kolektif sehingga produk tani Muhammadiyah tidak kalah bersaing di pasar modern.

  3. Jaringan koperasi dan marketplace untuk menyalurkan hasil pertanian anggota ke pasar yang lebih luas, termasuk ekspor.

  4. Kolaborasi dengan amal usaha pendidikan dan kesehatan Muhammadiyah: sekolah, kampus, hingga rumah sakit bisa menjadi pasar internal bagi produk pertanian warga.

Dengan roadmap yang fokus pada hilirisasi, Muhammadiyah tidak hanya mendampingi petani “menanam”, tetapi juga memastikan petani “menang” dalam persaingan pasar.

Suara dari Jambore

Dari forum rembug JATAMmuncul beberapa rekomendasi strategis, antara lain:

  • Penguatan kelembagaan tani Muhammadiyah.

  • Pemanfaatan teknologi pertanian modern.

  • Dorongan regenerasi petani muda.

  • Konsolidasi ekonomi umat melalui basis pertanian berkelanjutan.

(Rekomendasi ini dibacakan pada penutupan acara, Jateng Pikiran Rakyat, 22/9/2025).

Menyemai Harapan Baru

Langkah awal di Kebumen ini penting, tetapi tantangan di depan jauh lebih besar. Pendidikan dan kesehatan membutuhkan konsistensi puluhan tahun sebelum kini menjadi amal usaha yang mapan. Pertanian pun mungkin akan menempuh jalan yang lebih berliku, tetapi justru disitulah letak tantangan dan peluangnya.

Jika Muhammadiyah mampu membangun ekosistem pertanian yang lengkap—dari hulu hingga hilir—maka sejarah mungkin akan mencatat: Muhammadiyah bukan hanya gerakan pendidikan dan kesehatan, melainkan juga gerakan agraria modern yang menyejahterakan petani dan umat.

Dan barangkali di masa depan jargon ini akan menjadi nyata:

“Kalau mau sekolah, ke Muhammadiyah. Kalau mau berobat, ke Muhammadiyah. Kalau mau pangan sehat dan berdaulat? Ke petani Muhammadiyah.”

______________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magnet Kerinduan di Watuduwur: Sebuah Pertemuan Tak Terduga dengan Pak Dhani Harun

Ibu Ketua TP PKK Jateng borong produk KWT se Kecamatan Bruno

Keresahan yang Mencair di Aula B dan C: Petani Tembakau Akhirnya Bisa Tersenyum