Dari Lahan Marginal Menuju Desa Mandiri
Dari Lahan Marginal Menuju Desa Mandiri: Bumdes Gowong Bangun Pertanian Terpadu
Gowong, 12 September 2025 – Harapan baru kini mulai tumbuh dari Desa Gowong, Kecamatan Bruno. Melalui tangan dingin Imron yang dipercaya sebagai Direktur Bumdes kini mulai menata usaha yang berbasis potensi lokal. Imron meyakini dan ingin membuktikan bahwa potensi desa Gowong apabila dikelola dengan mengusung konsep pertanian terpadu maka kemandirian desa bukan sekadar wacana, tetapi langkah nyata yang bisa dimulai dari hal yang sederhana.
Menurut Imron langkah awal difokuskan pada program penggemukan sapi. Alasannya sapi dipilih karena memberikan banyak manfaat ganda seperti daging sebagai sumber pangan, kotoran sebagai bahan pupuk, hingga membuka peluang lapangan kerja baru.
Pakan sapi tidak harus mahal, Imron bersama tim Bumdes telah merancang penanaman hijauan di lahan marginal—lahan yang sebelumnya kurang dimanfaatkan. Inovasi ini membuat desa tak perlu mengorbankan sawah yang produktif, tetapi justru menghidupkan lahan-lahan yang selama ini terbengkalai.
Dalam rancangan ke depan pakan hijauan ini akan dilengkapi bahkan digantikan oleh jagung dan tanaman produktif lain. Selain sebagai sumber pakan, hasil panen juga bisa dijual sebagai komoditas pasar, memberi nilai tambah ganda bagi desa.
Bumdes Gowong juga tak ingin terjebak pada pola lama yang membiarkan limbah peternakan menumpuk begitu saja. Kotoran sapi akan diolah menjadi pupuk organik, yang kelak bisa digunakan kembali oleh petani. Siklus ini akan menciptakan rantai usaha tanpa limbah terbuang percuma.
“Dengan sistem pertanian terpadu, semua saling melengkapi. Sapi memberi pupuk, pupuk menyuburkan tanaman, dan tanaman menjadi pakan sapi. Desa akan mandiri dari hulu hingga hilir,” kata Imron penuh semangat.
Visi besar ini lahir bukan dari teori semata. Imron mengaku terinspirasi oleh kakeknya dulu. Dengan 13 orang anak, sang kakek berhasil menghidupi keluarga lewat sistem pertanian terpadu sederhana mulai dari beternak, bertani, sekaligus mengelola perikanan air tawar. Filosofi ini telah diwariskan, lalu kini dicoba dikembangkan lagi dalam skala yang lebih luas melalui Bumdes.
“Kalau leluhur kita bisa walaupun masih dengan keterbatasan, maka kita yang punya ilmu dan akses sekarang harusnya lebih mampu,” tambah Imron.
Langkah ini tidak berjalan sendiri. BPP Kecamatan Bruno melalui koordinatornya Duwi Hartoto, S.ST, siap mendampingi. “Kami ingin memastikan program ini dapat berjalan terarah, produktif, dan berkelanjutan. Desa Gowong punya potensi besar untuk menjadi contoh pengembangan pertanian terpadu,” tegas Duwi.
Kolaborasi antara Bumdes, warga, dan penyuluh menjadi kekuatan utama. Oleh karena itu warga desa tak boleh hanya menjadi penonton, melainkan ikut menanam, merawat, dan mengelola bersama. Dengan begitu usaha ini bukan milik individu tetapi milik seluruh desa.
Apa yang dilakukan Bumdes Gowong seolah mengingatkan kembali bahwa kemandirian desa bukan perkara menunggu bantuan, tetapi soal inisiatif dan keberanian mencoba. Dari sapi, lahan marginal, pupuk organik, hingga tanaman bernilai ekonomi—semuanya sedang disatukan dalam ekosistem pertanian terpadu.
Perlahan namun pasti, Desa Gowong menapaki jalan menuju desa mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan.
______________

Komentar
Posting Komentar